Wednesday, September 21, 2016
Makan Steak Tanpa Manner Tetap Asyik
Salah satu resto favorit kami sekeluarga adalah Steak 21. Jadi favorit karena yang pertama lokasinya dekat dengan rumah sehingga mudah dijangkau serta suasana di dalamnya buat kami nyaman. Tentu saja rasa makanan dan minumannya juga oke, didukung dengan teknik penyajian yang dengan melihatnya saja jadi bikin perut lapar.
Kalau yang lain pilih-pilih menu non lemak, seringkali kami justru mencari menu yang ada "sandunglamur"nya bahasa kerennya sirloin karena memang rasanya lebih gurih dari daging yang tidak berlemak (tenderloin). Ada satu menu makanan yang sangat kami suka namanya mashed potato, kentang kukus yang dihancurkan. Kebetulan kalau foto yang di atas itu kami lupa memesannya. menu reguler di resto ini adalah steak plus sayuran (wortel, buncis, jagung), serta frenchfries.
Kalau melihat ada nasi goreng di atas itu karena saya yang takut harus makan dobel sirloin, maklum Si besar ini kadang suka laper mata aja. Dan aturan saya adalah semua makanan yang sudah dipesan harus habis. Kan mubadzir kalau ada yang tersisa, lagian barangkali berkah makanan yang di sajikan ada di suapan terakhir. Jadi jangan heran kalau garnish yang dibuat dari tomat, timun dan selada ikut menghilang dari piring saat kami pergi. Dan ini "No Manner" pertama.
Manner yang tidak kami terapkan pada saat makan steak adalah menyuap dengan tangan kiri. Kalau itu sudah jelas, dari kecil kan sudah diajarkan kalau makan pakai tangan kanan. Dan insyaallah lebih berkah juga. Senangnya saat melihat Mas Abi memotong steaknya dangen pisau di tangan kanan, dan begitu menyuap dia tukar garpunya jadi ditangan kanan. Terkesan repot ya? tapi alhamdulillah untuk sebuah hal yang benar masih tetap asyik. Sebut saja seperti pribahasa " Berakit-rakit ke hulu bersenang-senang kemudian".
Just believe, sometimes the right thing seems unpleasant at the beginning. But at the end you will find something precious in it.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment