Menuliskan kisah ini di sini sebenarnya agak riskan juga, tapi rasanya semakin lama mengendap di hati semakin membuat sedih.
Cerita yang satu ini dialami oleh seorang teman yang anaknya bersekolah di Sekolah Dasar Negeri yang katanya bertaraf Standar Nasional. Sudah bukan hal yang aneh , kalau di sekolah itu setiap kenaikan kelas memberikan kenang-kenangan kepada walikelas. Kebetulan temanku memberikan sebuah barang seharga Rp. 50,000. Dan setelah menerima barang tersebut, 'sang walikelas 'menelpon teman saya, memang katanya dia mengucapkan terimakasih, tetapi beliau juga berkata 'ibu tidak usah repot-repot memberi barang seharga Rp. 50,000 kepada saya, karena saya nggak pernah memakai tas semurah ini. Astaghfirullah, dalam hati saya ketika mendengar hal itu, tapi kemudian temanku melanjutkan ceritanya tapi ini belum seberapa, ada lagi guru yang lebih parah, dengan terang-terangan didepan seluruh wali murid dia berkata, bahwa para wali murid tidak perlu memberi kenang-kenangan berupa barang karena seringnya tidak terpakai, beliau memberikan contoh ada seorang wali murid yang memberikan baju kepada beliau dan ternyata kekecilan. Astaghfirullah... sudah begitu rendahkah martabat guru di Negara ini. Padahal Guru itulah yang mendidik anak-anak kita, yang ucapannya senantiasa ditiru oleh anak-anak kita. Tapi beliau-beliau dengan tanpa rasa malu menengadahkan tangan mereka seperti peminta-minta dijalanan. Mungkin perkataan saya terlalu kasar tapi ini adalah ungkapan hati saya. Karena saya dari keluarga pengajar yang masih percaya bahwa mengajar dan mendidik anak-anak adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan barang ataupun uang seberapapun.
No comments:
Post a Comment