Welcome

Welcome to Neyoutha For Order and Further Information, Please SMS to 08174921002

Monday, December 5, 2011

Ramai-Ramai Mencari SD yang Bagus

Beberapa hari yang lalu sempat diajak kawan-kawan survei SDIT di sekitar Cimanggis. Kami datang menanyakan proses penerimaan siswa baru di SDIT tersebut.Setelah bertanya-tanya kami mendapat informasi pengambilan formulir pendaftaran di laksanakan 2 hari lagi. Dan harga formulirnya 250,000. Tapi jika sudah membeli formulir tersebut jangan terlalu berharap anak kita bisa masuk karena ternyata pihak sekolah tersebut menjual formulir lebih dari jumlah quota siswa yang bisa diterima di sekolah ini. Kami juga mendapatkan informasi berapa jumlah biaya bagi siswa baru yang sudah diterima yaitu berkisar 8,000,000-9,000,000 rupiah. Jumlah yang cukup besar buat keluarga saya. Dan itu sudah termasuk paling murah di wilayah kami.

Saat mengantar anak saya ke sekolah, beberapa orang tua siswa juga masih pulang pergi untuk survei ke SDIT lain di wilayah tempat tinggal kami. Saya memperhatikan betapa para orang tua ini sangat perduli terhadap pendidikan anak-anak mereka. Kekhawatiran mereka tidak bisa diterima di SD Negeri karena usia yang belum cukup kebanyakan menjadi alasan utama para orang tua begitu bingung mencari alternatif SD swasta untuk anak mereka. Ditambah lagi kualitas SD Negeri di wilayah tempat tinggal kami yang menurut mereka tidak layak. Entah dari segi lokal bangunan sekolah, ataupun dari segi kualitas pendidikan. SD Negeri belajarnya hanya 1 1/2 jam. Sementara di SD swasta lokal bangunannya sangat bagus dengan berbagai fasilitas seperti AC, komputer dsb. Waktu belajarnya juga lama, dari pagi sampai sore. Jadi tidak ada waktu yang terbuang sia-sia dari pada hanya di rumah saja. Ditambah lagi SD negeri dianggap kurang  memberikan pelajaran agama .
Bagaimana dengan saya? Apakah sikap santai saya bisa diartikan saya tidak perduli dengan pendidikan bagi anak saya? Jawabannya tentu saja saya perduli dengan pendidikan anak saya. Tapi saya lebih memilih menyekolahkan anak saya di sekolah negeri yang memang masih terjangkau oleh kondisi keuangan keluarga kami.

Masalah Usia, insya allah pada saat masuk SD nanti anak saya sudah berusia 6 tahun 9bulan. Karena memang sewaktu memasukkan ke TK saya memang sudah berhitung untuk masuk SD harus di atas 6 tahun. Karena rasanya masih terlalu dini buat saya memasukkan anak ke SD ketika anak belum berusia 6 tahun jiwanya masih labil. Dan kalau ternyata memang masih di anggap belum cukup, Saya pilih ikut aturan pemerintah saja, menunggu tahun depan. Masih bisa di rumah berlama-lama bermain bersama anak saya, membuat origami bersama, menonton film kartun bersama, belajar mengkaji agama Islam bersama. Dan yang paling utama melatih kesabaran saya.

Masalah fasilitas, mungkin saya aneh ya. Tapi menurut pemikiran saya dengan semakin minim fasilitas anak saya akan semakin mudah beradaptasi di lingkungan. Insya Allah jika bisa hidup di tempat yang minim fasilitasnya, bisa juga survive di tempat yang fasilitasnya oke. Malahan mungkin bisa lebih kreatif menciptakan fasilitas baru. Sebut saja di sekolah swasta untuk bisa bermain bola sudah ada fasilitas lapangan futsal dengan segala pernak-perniknya. Sementara di sekolah negeri hanya ada lapangan tanah yang berlumpur kalau hujan. Untuk bermain bola tentu saja butuh gawang, dan karena tidak ada tiang gawang mereka pasti akan berfikir bagaimana caranya membuat wilayah gawang. Dan jadi berfikir kreatif kan? Zaman dahulu anak-anak membuat gawang dengan beberapa pasang sepatu/ sendal di tumpuk, lama-kelamaan mencari ranting kayu. dan semakin berkembang dan berkembang.
Bukan berarti sekolah di swasta membuat anak tidak kreatif. Sekolah swasta juga mengajarkan banyak kreativitas bagi siswa-siswa mereka. Jadi mau masuk SD Negeri atau Swasta itu hanyalah sebuah pilihan saja.

Masalah pendidikan agama saya memilih untuk bersama-sama belajar agama dengan anak saya. Malu rasanya kalau anak-anak diajarkan Shalat Sunnah Dhuha di sekolah sementara kita sendiri jangankan shalat Dhuha. Shalat 5 waktu saja masih di tunda-tunda. Saat anak-anak kita belajar membaca Alqur'an di sekolah, Alqur'an di rumah masih rapi karena tidak pernah di buka. Ketika anak-anak kita diajarkan menutup aurat secara benar. Kita masih wara wiri dengan memperlihatkan aurat kita. Semoga Allah memberikan waktu yang cukup untuk saya dan keluarga saya untuk belajar mengamalkan Islam secara baik dan benar. Bismillah.

Mudah-mudahan anak-anak kita senantiasa mendapatkan pendidikan terbaik dari orangtua maupun pihak sekolah. Saya yakin di dunia ini semua orang tua sangat menyayangi anak-anaknya dan rela berkorban apa saja untuk kebahagiaan mereka.. Selamat Hunting Sekolah kawan-kawan semoga mendapatkan sekolah dengan kualitas yang terbaik yang bisa membuat anak-anak kita bahagia dunia akhirat.






1 comment:

  1. betul itu,bun..minim fasilitas sama dengan maksimal kreatifitas..soal ekstra yg lain bisa qta beri stlah spulang skolah.akademis di skolah,mengembangkan apa yg menjadi keunikan anak dirumah.stngah skolah formal stngah homeschooling klo kata happy mah hehehe

    ReplyDelete