Welcome

Welcome to Neyoutha For Order and Further Information, Please SMS to 08174921002

Thursday, December 15, 2016

Our First Camping and Hiking (Part 3, Habis) : Hiking Pencarian Curug

Setelah hampir semalaman hujan, udara minggu pagi sangat cerah. Memulai pagi hari dengan bersih-bersih airnya dingin dan segar. Di depan tenda masih ada beberapa onggok kayu bakar, sayang rasanya kalau terbuang sia-sia. Dan pagi yang dingin itu, mulai menghangat dengan nyala api unggun lagi. Anak-anak senang, mulai berlarian di sekitar tenda, ribut mengajak jalan-jalan mencari curug (air terjun).

Akhirnya setelah sarapan seadanya, Kami berlima (tanpa Mamah Enin, Tante Happy dan bayi Deva ) memulai petualangan yang ternyata seru. Aku hanya menyiapkan  botol air mineral 600ml dan 1 bungkus biskuit di dalam tas. Berjaga-jaga kalau ada krucil yang rewel di perjalanan. Nggak disangka-sangka teteh Dea membawa boneka beruangnya dalam perjalanan kami. Hahaa... katanya biar ikutan main di air terjun. 

Kami menyusuri jalan setapak di pinggir hutan, awalnya nggak terlalu berat karena jalan mendatar. Paling hanya duo krucil (kenzie dan yeska ) yang protes karena sandalnya kotor. Aku dan Abi memang berangkat menggunakan sepatu, khawatir licin kalau pakai sandal. Dan ternyata Benar. Mulai memasuki areal hutan lebih dalam lagi teteh dea sudah mulai melepas sandalnya. Karena rawan terpeleset. Sementara duo krucil aman karena satu tanggung jawab Om Etu dan satu lagi aku yang mengawasi. Jalan yang kami lalui hanya cukup untuk satu orang, samping kiri tebing samping kanan tanaman-tanaman yang ada di hutan. Tidak henti-hentinya aku meneriakkan agar anak-anak berjalan merapat ke arah sebelah kanan. Kadang ada dahan menghalangi jalur kami, yang hanya bisa kami lewati dengan menundukkan badan atau melompatinya. 

Semakin lama jalan semakin menanjak, dan sempat bertemu anak sekolah yang sedang berlatih. Dari situ kami tahu curug yang kami tuju airnya kering. Kalau mau melihat air terjun harus lebih ke atas lagi dan melalui tebing berbatu yang katanya penuh lumut dan sulit di daki. Tapi karena anak-anak sangat bersemangat, kami tetap meneruskan perjalanan dengan perlahan. Dan benar saja, tempat yang kami tuju kering tidak ada air. 

Karena ragu melanjutkan, mengingat kami membawa 1 balita dan preschool kami memutuskan beristirahat. Serombongan pecinta alam dri SMU di Jakarta melewati kami dengan yell-yell yang membakar semangat. Mas Abi senang sekali mendengar yell-yellnya sampai hafal. Begini kira-kira bunyi liriknya

Kalau jadi pendaki bawa carrier di pundak
Kalau jadi pemulung bawa karung di pundak
Pendaki dan pemulung sama-sama nggak mandi
Pendaki dan pemulung sama-sama berdaki

Sebenarnya Kami dua orang dewasa memutuskan kembali, dan nggak melanjutkan. Tapi melihat Mas Abi yang sudah pasang muka cemberut, akhirnya Om Etu mencoba ke atas dan mengecek kesulitan pendakian selanjutnya. Selama menunggu itulah kami bertemu dengan rombongan 2 pasang suami istri yang sepasang membawa 2 balita. Dan salah satu anaknya di gendong menggunakan carrier dipunggungnya. Mereka memang sudah berniat mendaki. Dan kami semua memutuskan menunggu om Etu kembali. Dan berdasarkan analisa, pendakian nggak mungkin dilanjutkan. Namun 2 Abege kamu sudah mulai cemberut, karena 2 keluarga yang kami temui bersepakat melanjutkan, akhirnya kami memutuskan untuk aku saja dan 2 abege yang melanjutkan. Sementara Om Etu dan 2 krucil kembali ke perkemahan. Toh bersama kami ada keluarga pecinta alam yang kelihatan sudah berpengalaman. Tapi ternyata, Alyeska ingin ikut bunda. Kalau Yeska memang sifat solidaritasnya tinggi, pergi sama-sama ya harus pulang sama-sama. 

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan yang bikin deg-degan. Melewati batu-batu yang penuh dengan lumut, beresiko. Dalam hati berdoa terus. Dan sepanjang perjalanan itu, kamera langsung masuk ke dalam kantong. Buatku jalur ini berbahaya. Kalau mau jujur, aku benar-benar takut, tapi Mas Abi dan Teteh Dea sudah di depan dan mereka semangat sekali.

Setelah berkutat dengan tebing yang lumayan wow, kami akhirnya sampai di curug dan ternyata airnya imut lucu hihi.... Tapi sampai di sana airnya sudah nggak bening lagi karena dipakai para pemula pecinta alam untuk push-up di situ. Walaupun senang, tapi tetap aja pikiran terbayang-bayang bagaimana caranya untuk turun ke perkemahan lagi. Sampai-sampai om Etu kasih saran, nanti dalam perjalanan turun anak-anak belakangan yaa? minimal kalau jatuh di bawahnya ada yang jaga. Yaa ampuun, padahal mungkin rasa takut jatuhku melebihi mereka semua. Tapi jadi tahu, tipsnya. Jadi kalau posisi mendaki anak-anak dituntunnya di depan kita.

Perjalanan menuruni tebing eh bukit.... alhamdulillah ternyata nggak jauh dari curug ada jalur lain, jalur setapak di dalam hutan pinus. Hilang sudah kekhawatiran nggak bisa turun dari tebing batu. Jalurnya pun nggak terlalu sulit di tempuh, tidak licin karena jalannya penuh dengan daun-daun pinus yang berguguran di permukaan tanah. Seperti saat berangkat tadi, Teteh Dea dan Mas Abi kembali berada di depan karena jalurnya mudah, kami memang terpisah beberapa jauh. Nggak terlalu khawatir, karena di depan kami ada beberapa anak-anak penjaga warung yang memang tinggal di daerah sini. Perjalanan menembus hutan yang fantastik, karena diiringi celotehan aneka pertanyaan Yeska dan Kenzie. Pertanyaan apa dan mengapa mewarnai perjalanan kami. Oh iya, sempat menemukan ada daun yang bagian tengahnya berwarna hijau dan pinggirannya berwarna biru. memang kalau di hutan, vegetasinya pasti lain daripada yang lain. Lewat dari setengah perjalanan, Yeska mulai mengantuk, dan akhirnya digendong om Etu, jadilah aku dan Kenzie tertinggal paling belakang. Dan pertanyaan Kenzie di dalam hutan adalah, "Bun, itu apa putih-putih di dekat daun?" Saat aku melihat ke arah yang di tunjuknya aku nggak melihat apa-apa, akhirnya aku cuma bisa bilang "Itu awan Kenzie, karena memang aku hanya melihat awan putih di sela-sela daun. "Bukan awan Bun, itu yang dekat daun." Katanya lagi. "Oh, bunda nggak lihat zie jawabku lagi, ayo jalan lagi aja, kita sudah tertinggal jauh dari yang lain. Akhirnya Kenzie lupa dengan pertanyaannya.

Beberapa lama berjalan, akhirnya pepohonan di hutan mulai jarang dan sudah terlihat terang dan saat keluar dari jalan setapak baru sadar ada sesuatu yang berbunyi di perut. Ternyata saat pikiran terkonsentrasi pada jalur yang kita lalui rasa laparnya nggak terasa. Sampai di tenda, alhamdulillah aneka makanan sudah tersedia untuk makan siang. Dan, rasanya nikmaat....walaupun menikmatinya dengan kondisi badan yang kotor, penuh lumpur dan tanah.

Setelah makan dan bersih-bersih badan, pakaian dan sebagainya kami mulai membongkar tenda dan packing-packing. Sambil menunggu adzan Dzuhur kami duduk-duduk di warung sambil minum segelas kopi hitam, lumayan menyegarkan karena aku berniat menyetir mobil dalam perjalanan pulang. Penasaran juga, menyetir di jalan berbatu di tengah hutan. Dan alhamdulillah, meski sedikit diwarnai insiden kecil, saat berpapasan dengan mobil lain di jalan sempit. Alhamdulillah kami pulang dengan selamat di tengah derasnya hujan kota Bogor dan sekitarnya.



Monday, November 28, 2016

Our First Camping and Hiking (Part 2) : Survival and Fun


Salah satu pesan ayah saat mau berangkat kemping adalah Bunda sama Abi harus bisa memasang tenda. Oke, sebelum sibuk mengeluarkan peralatan, yang pasti menentukan posisi strategis untuk memasang tenda. Karena kami semua pecinta keindahan, jadilah dipilih lokasi yang menghadap ruangan pemandangan Kota Bogor di bawahnya di latarbelakangi hutan-hutan pinus. Kami memilih tempat yang tidk jauh dari pintu masuk, dan tentu saja peradaban alias warung karena personilnya banyak yang masih belum berpengalaman. Termasuk aku tentu saja.

Pilihan pemandangan di depan tenda

Sibuk keliling-keliling eksplorasi alam

Penampakan tenda kami, setelah berbagai editan 



Suasana dalam tenda kapasitas 4 orang
Pemandangan Sisi Lain



Pemandangan belakang tenda dekat parkir mobil juga
Kami membawa 2 tenda masing-masing berkapasitas 4 orang, dan saat pemasangan awal anak-anak excited bertanya ini dan itu. Oh iya, Sementara kakak-kakaknya sibuk memasang tenda Teteh Yeska mendapatkan teman di sana kalau nggak salah namanya Sasa yang kemping bareng bertiga bareng mama papanya di tenda yang terpasang kokoh di atas mobilnya. Tenda kedua, yang memasang cuma aku dan Om Etu karena anak-anak mulai sibuk bermain yang lain sibuk menurunkan barang-barang.
Setelah tenda terpasang, barang-barang mulai di masukkan ke dalam tenda, terutama makanan, karena disana selain kawan dari bangsa manusia ada bangsa kera juga.Kera atau monyet ya? entahlah masih belum bisa menemukan perbedaannya. Nah mereka itu suka mencuri makanan, bahkan HP. "Kenapa nyuri HP Bun? emang bisa makenya?" pertanyaan Mas Abi, ketika kami sedang memasukkan barang ke tenda. Dan jawaban saya adalah, mereka itu kepo. Hihi...

Monyet atau Kera yaa? hehee...



Siap Bertualang

Lelah

Hujan ternyata membuat suasana jadi dingin dan lapar lagi. Peralatan memasak pun di pasang. Siang itu kami memasak dengan menggunakan kompor spiritus. Dan karena baru melihat, seperti biasa ada sedikit keributan penggunaan kompor yang sudah satu set dengan panci dan cereknya. Peralatan ini ringan dan mudah dan packing-able (kosakata baru nih) karena terbuat dari aluminium dan di desain khusus.
Ini Penampakan Kompor Spiritus Aluminium

Masak air buat yuuk


Tentang tenda, di Sukamantri Camping Ground ini disewakan juga tenda ada yang berkapasitas 4 orang di sewakan dengan harga IDR 105K dan tenda yang berkapasitas 8 orang dengan harga 205K. Nah untuk tenda berkapasitas 8 orang ini lumayan enak, bisa berdiri bebas di dalamnya.

Ini penampakan tenda berkapasitas 8 orang @ IDR 205K/malam

Alhamdulillah, selepas ashar gerimis mereda sebentar, jadi bisa sedikit keliling untuk hunting foto. Seperti biasa kalau aku yang hunting foto cuma sekitar foto kegiatan, pemandangan, dan tanaman-tanaman yang menarik perhatianku.

Tanaman-tanaman hutan


Spot foto, masih renovasi

Salah satu jenis vegetasi alamnya Pakis 
Daun Pinus


waktu kecil dulu suka mainan pucuk pakis ini 


Nemu bunga ungu yang ngumpet

Ini daun biasa banget yaa sering liat kan?... 

Bunga Kuning yang kecil diantara daun hijau, eyecatching ya?

Sore beranjak malam, saatnya memikirkan pemasangan api unggun. Nggak seru deh kalau kemping nggak ada api unggunnya. Selain menjual aneka makanan, ternyata warung yang ada menjual juga kayu bakar kering. Harga per-ikatnya IDR 25K. Hwaaa.... jadi tambah enak kempingnya, nggak perlu nyari kayu kering di hutan. Belum lagi di tambah layanan si mamang dari mulai menumpuk-numpuk kayu bakar sampai menyalakan  parafin.

Walaupun di warnai gerimis yang lumayan, sekitar jam 19.00 kami mulai menyalakan api unggun. Sebetulnya pemandangan kota Kota Bogor di depan tenda bagus banget kalau di foto. Tapi karena hujan, kamera besar sudah dimasukkan ke dalam mobil, jadi yang tersisa di tenda hanya perlengkapan darurat saja. Kalau dari kamera HP nggak keliatan lampu-lampunya.

Kalau di siang hari di sekitar kami tidak ada tenda-tenda lain. Malam harinya mulai banyak tenda-tenda lain yang terpasang di sekitar kami, jadi kami tidak sendirian. Bahkan semalaman itu kami tidur dengan alunan lagu Iwan Fals. Jadi hilanglah kesan spooky kemping di tengah hutan.





Our First Camping and Hiking (Part 1) Sabtu Pagi yang Cerah di Sukamantri Camping Ground

Setelah seminggu berlalu, akhirnya menyempatkan diri menulis catatan perjalanan kemping pertama kami.

Sebetulnya sudah lama ingin memperkenalkan alam liar sama Mas Abi. Tapi baru terlaksana satu minggu yang lalu, setelah sebulan perencanaan. Karena harus dinas di luar kota Ayah nggak bisa ikut kita. Jadi Sabtu pagi itu berangkatlah sebut saja keluarga besar, di list dari yang paling tua ya Mamah (Enin), Aku, Om Etu, Tante Happy, Teteh Dea, Mas Abi, Kakak Kenzie, Teteh Yeska dan peserta terkecil Deeva (7 bulan). 

Nah, ini si Lucu Deeva (7bln) peserta camping termuda kita


Terus terang sebetulnya sedikit khawatir karena kemping di musim hujan berpotensi lebih membahayakan. Cuma berhubung guidenya sudah malang melintang di dunia pergunungan jadi oke-oke aja deh. Intinya kalau Bapak Guide berani bawa bayi 7 bulannya, maka insyaallah dipastikan lokasinya aman. Persiapan yang aku harus siapin juga cuma peralatan pribadi aja karena, perlengkapan lain seperti aneka tenda sudah di siapkan " Sang Master". Kasih bocoran yaa, si om yang satu ini pernah menaklukkan Gunung Tambora di NTB lho sama rekan PA-nya di kampus dulu. Jadi inget, suka bolak- balik ngangkot nyari peta ke BAKOSURTANAL, Bogor. Sekarang namanya masih itu bukan ya?

Ada yang lucu waktu meminta Mas Abi menyiapkan barang-barangnya untuk kemping. Daftar bawaannya adalah koleksi bantal. Dan akhirnya cuma "Si Pilo, Garuda Imut" yang lolos sensor bunda. Dan aku, selain obat-obatan pribadi cuma bawa perlengkapan mandi dan baju secukupnya.
No Lipstick, No Bedak yaa... 

Dijemput pagi-pagi jam 5.30, alhamdulillah sudah siap semua. Dan bisa di tebak kalau ada Mamah Enin pasokan makanan aman damai sejahtera. Ada nasi timbel, yang nyiapinnya dari jam 1.00 dinihari. Tidak lupa pasukan bantal dan selimut sesuai jumlah anak memenuhi mobil bagian belakang. Makasih ya Nin.
Sengaja berangkat pagi-pagi karena menghindari kemacetan sabtu pagi, karena tujuan kami ke arah Bogor. Dan tentu saja mempertimbangkan juga Kota Bogor yang sering hujan disore hari. Jadi kalaupun hujan, tenda kami diperkirakan sudah jadi. Dan seperti yang di perkirakan perjalanan ke arah Bogor lancar, dari Bogor kami mengarah ke Ciapus, lokasi kemping kami kali ini adalah Sukamantri Camping Ground. Sekitar 2km mengarah ke lokasi, jalannya jalanan mulai tidak beraspal cuma batu-batu aja. Awalnya melewati peternakan yang luas, dan makin dekat ke lokasi langit mulai tidak terlihat, karena tertutup rimbunan hijaunya pepohonan. 

Pohon cantik yang tinggi ini kami lalui selama perjalanan

Jalan ini yang kami lewati sepanjang hampir 2 km

Beberapa vegetasi di perjalanan menuju camping ground 



Pintu Masuk Area Camping Ground


Dilarang Berburu ya, 

Kita ada di sini nih 
Tidak melihat orang di perjalanan membuat kami merasa lega saat sampai di lokasi, karena ada beberapa penjaga plus warung kecil yang berjejer menjual berbagai kebutuhan. Oh iya, saat masuk dikenakan biaya Rp.20,000/orang. Di lokasi perkemahan juga tersedia toilet, mushalla. Jadi kalau mau buang air, nggak mesti ke sungai lah yaa.... 

Deretan warung kecil

Mushalla dan Pancuran



Toiletnya lumayan bersih 


Wednesday, September 21, 2016

Makan Steak Tanpa Manner Tetap Asyik







Salah satu resto favorit kami sekeluarga adalah Steak 21. Jadi favorit karena yang pertama lokasinya dekat dengan rumah sehingga mudah dijangkau serta suasana di dalamnya buat kami nyaman. Tentu saja rasa makanan dan minumannya juga oke, didukung dengan teknik penyajian yang dengan melihatnya saja jadi bikin perut lapar.

Kalau yang lain pilih-pilih menu non lemak, seringkali kami justru mencari menu yang ada "sandunglamur"nya bahasa kerennya sirloin karena memang rasanya lebih gurih dari daging yang tidak berlemak (tenderloin). Ada satu menu makanan yang sangat kami suka namanya mashed potato, kentang kukus yang dihancurkan. Kebetulan kalau foto yang di atas itu kami lupa memesannya. menu reguler di resto ini adalah steak plus sayuran (wortel, buncis, jagung), serta frenchfries.

Kalau melihat ada nasi goreng di atas itu karena saya yang takut harus makan dobel sirloin, maklum Si besar ini kadang suka laper mata aja. Dan aturan saya adalah semua makanan yang sudah dipesan harus habis. Kan mubadzir kalau ada yang tersisa, lagian barangkali berkah makanan yang di sajikan ada di suapan terakhir. Jadi jangan heran kalau garnish yang dibuat dari tomat, timun dan selada ikut menghilang dari piring saat kami pergi. Dan ini "No Manner" pertama.

Manner yang tidak kami terapkan pada saat makan steak adalah menyuap dengan tangan kiri. Kalau itu sudah jelas, dari kecil kan sudah diajarkan kalau makan pakai tangan kanan. Dan insyaallah lebih berkah juga. Senangnya saat melihat Mas Abi memotong steaknya dangen pisau di tangan kanan, dan begitu menyuap dia tukar garpunya jadi ditangan kanan. Terkesan repot ya? tapi alhamdulillah untuk sebuah hal yang benar masih tetap asyik. Sebut saja seperti pribahasa " Berakit-rakit ke hulu bersenang-senang kemudian".

Just believe, sometimes the right thing seems unpleasant at the beginning. But at the end you will find something precious in it.

Thursday, August 4, 2016

Kembang Setaman


Cantik, itu yang terlintas ketika melihat taman yang penuh bunga.

Wednesday, August 3, 2016

Secret Garden


Daun,
Hijau muda, hijau tua
Lambang kedamaian

Awal musim semi
Merekah di tanah merah basah
Setelah salju putih mencair
Menyisakan butiran permata bening

Nun jauh di bukit seberang
Siluet pinus tak pernah berganti warna
Sementara pucuk daun baru hadir
Ceria, barbaur, dan melebur indah.

#beautifullife
#secretgarden

Friday, May 13, 2016

Trip 5 Hari Singapore-Malaysia : Berangkat Menuju Terminal 3 (Air Asia) Bandara Soekarno Hatta

Setelah berbagai persiapan yang kami lakukan dari mulai barang-barang bawaan, membeli tiket, itinerary Aku dan Mas Abipun berangkat ke Bandara. Kalau yang dua terakhir ini Kami di untungkan karena berangkat bersama dengan sang pakar jalan-jalan sebagai guide. Dan dengan kurang dari 10% kesalahan. Karena Perjalanan kami hampir sesuai dengan jadwal yang sudah kami sepakati. Selanjutnya nantikan petualangan menarik yang hanya terjadi saat travelling bersama krucil-krucil.

Berangkat dari rumah selepas shalat Dzuhur sekalian Shalat Asharnya di Jamak. Khawatir perjalanan ke Bandara macet. Dengan 2 ojek ke Plaza Cibubur, sekarang Mas Abi sudah hampir 50 kg berat badannya jadi nggak mungkin naik ojek berdua lagi.

Saat-saat menunggu bis yang ke bandara adalah saat-saat yang menegangkan. Karena aku nggak tahu jadwal bis lewat jam berapa, waktu bertanya ke warung di pinggir jalan katanya 2 jam sekali lewatnya. Waduh... bahaya. Akhirnya sempat ambil keputusan, kalau sampai jam setengah dua nggak lewat kami akan naik Taxi.

Jam 13. 23, akhirnya bus yang kita tunggu datang... Alhamdulillah lumayan lebihan ongkos taxi bisa buat jajan-jajan nanti di bandara (dasar emak-emak perhitungan). ternyata perjalanan menuju bandara tidak semacet yang aku duga, jam 14.00 sudah lewat semanggi. Jadi sekitar jam 3-an udah sampai di Bandara. Lanjut masuk n meet with my friend di J.CO.
bersambung ke...

Trip 5 Hari Singapore-Malaysia : Menunggu Boarding


Wednesday, April 13, 2016

Jimat itu apa sih? Boleh nggak kita pakai jimat?

Jimat dalam Bahasa Arab di sebut Tama'im yang merupakan bentuk jamak dari Tamimah adalah sesuatu yang dikalungkan ke leher atau bagian dari tubuh seseorang yang bertujuan mendatangkan manfaat atau menolak bala (bahaya). Bentuk jimat bisa berupa cincin, keris, tongkat, bahkan ada juga lembaran yang bertuliskan sejumlah ayat Al- Qur'an.

Bagaimana kalau jimat itu berisi ayat Al-Qur'an? Ibrahim al-Nakhai berkata, "Jimat itu haram, baik yang berasal dari Al-Qur'an maupun yang bukan dari Al-Qur'an. Al-Qur'an diturunkan bukan untuk jimat, tapi sebagai petunjuk ke jalan yang benar.

Di zaman jahiliah, orang- orang Arab biasa menggunakan jimat bagi anak- anak mereka sebagai perlindungan dari sihir atau guna- guna dan semacamnya. Hukum memakai jimat adalah syirik sebagaimana sabda Rasulullah Saw. "Sesungguhnya jampi, jimat, dan mantra- mantra adalah syirik. " (H. R. Ibnu Majah)

Jimat diharamkan oleh syariat Islam karena ia mengandung makna keterkaitan hati dan tawakal kepada selain Allah dan membuka pintu bagi masuknya kepercayaan-kepercayaan yang dapat mengantarkan seseorang pada syirik besar. Rasulullah Saw bersabda, " Barang siapa yang bergantung pada sesuatu, maka Allah akan menyerahkan urusannya pada sesuatu itu." (H.R. Tirmidzi dan Imam Ahmad)

Semoga kita dilindungi dari perbuatan-perbuatan syirik, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena ketidaktahuan. Rasulullah Saw mengajarkan do'a agar terhindar dari berbagai bentuk kemusyrikan.

Allahumma inna na'udzubika min annusyrika bika syaian na'lamuhu wa nastaghfiruka limaa laa na'lamuhu.

Artinya :

" Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa syirik yang aku sadari, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari perbuatan syirik yang tidak aku sadari." (H.R. Ahmad dan Thabrani)

Wallahu a'lam bish-shawabi

Sumber :
Buku Menelanjangi Strategi Jin
Karya : Aam Amiruddin

Buku ini dapat dibeli di online di Khazanah Intelektual

Monday, April 11, 2016

Memberi dan Menerima

Menyimak cerita dari pulau kecil di ujung timur. Tidak terlalu spesial memang, tentang seorang anak kecil yang sedang memancing di dermaga lalu dengan hanya melirik dia bisa tahu ketika di sebelahnya ada 'orang kota' salah memasang umpan di pancingan. Dan ketika ditanya dia menjelaskan dengan sangat fasih bagaimana cara memasang umpan di pancing. Ternyata memang hampir setiap hari anak tersebut memancing di dermaga.

Ketika 'orang kota' mengeluarkan umpan buatan yang memang dibuat 'eyecatching', mata si anak kecil terlihat begitu penuh rasa ingin tahu, dan waktu akhirnya ditawarkan untuk memakainya dia mengangguk. Pada akhirnya dia lupa dengan memancing karena teralihkan dengan umpan buatan yang menari-nari di tali pancingnya.

Di saat yang lain, membaca sebuah artikel seorang guru besar tentang seorang anak pedalaman yang tidak bisa menjawab soal ujian tentang perbedaan lokomotif dan gerbong. Karena memang jangankan mengamati langsung, melihat gambarnya saja belum. Alih-alih  kereta, alat transportasi seperti mobil dan motor yang biasa dilihat orang kota hampir setiap detiknya saja, mereka hanya bisa memandang dari kejauhan mungkin sekali dalam sehari, atau bahkan seminggu.

Berkaca dari semua kejadian di atas, anak- anak, adik-adik, atau bahkan kita sendiri barangkali saja memang belum mengerti, atau bahkan tidak tahu cara menghadapi persoalan hidup karena memang belum atau tidak pernah menghadapinya. Bisa jadi kita memang tidak mengetahui suatu hal, tapi sangat memahami objek yang lain dengan sangat sempurna.

Jadi rasanya tidak perlu marah, kecewa, ataupun gundah saat semua terlihat begitu tidak sempurna di mata kita. Karena ilmu Allah teramat luas, menghampar di daratan, tersembunyi di lautan, dan bahkan terbentang di angkasa.

Di satu masa tidak mengerti mungkin itu saat-saat di mana kita perlu membuka buku, mendengarkan kisah, dan menyimak  setiap kata dari orang- orang di sekitar kita. Dan suatu hari telah datang pemahaman dalam hati, tidak ada salahnya berbagi sekedar untuk memastikan yang kita dapatkan bisa bermanfaat untuk khalayak.

Special thanks for ayah Prihananto Sulistyowarno, yang cerita-cerita unik dari ujung timurnya selalu bisa menginspirasi setiap langkah mengawali hari-hari yang pastinya semakin terasa istimewa.

Sunday, April 10, 2016

Pancake Chocoffee vs Nasi Liwet Cakalang edisi MAGER



Bener-bener nggak nyambung menu sarapan pagi ini. Ini gara-gara dari kemarin mager abis. Rencananya pagi ini mau ngajak jalan pagi Mas Abi sekalian sarapan ke CP catat bukan Central Park mol yang lagi "happening" itu tapi Center Point di depan kompleks.

Ternyata yang di ajak " Aduh, Bun Abi mager nih". Dalam hati... ada nasi liwet sisa semalam di magic com, nanti di buatin telur dadar atau telur ceplok aja.

Dan nggak sampai lima menit ada yang teriak, " Bun, Abi lapar, tapi nggak mau telur lagi bosen."
Nah si otak pun berputar-putar di kulkas cuma ada telur, dan klik. " Mas, gimana kalau Bunda buatin Pancake aja??"" Iya, mau-mau". Alhamdulillah, padahal bahannya telur juga walaupun ada tambahan plus plus.

Siap kocok telur ke dapur, lupa ternyata nggak punya susu adanya milo, jadilah pancakenya pake milo dan biar ngga eneg dikasih vanilla latte dari goodday. Ahayyy... oles-oles selai strawberry dan tabur meises warna warni jadilah.


Berhubung tadi malam masak nasi liwet dan masih sisa lumayan banyak jadi bikin pancakenya nggak banyak-banyak. Yang penting cukup buat Mas Abi aja. So sarapan Bundanya Nasi Liwet plus Pampis Cakalang homemade yang udah dibuat dua hari yang lalu, untuk kepentingan emak-emak mager d rumah.

Untuk nasi liwetnya tadi malam sebetulnya seperti masak nasi biasa di "magic com", terus modal cemplung-cemplung bawang merah, daun salam, serai, dan lengkuas, minyak goreng, dan garam.

Sebetulnya agak nggak nyambung kalau nasi liwet di makan pake pampis cakalang. Karena nasi liwet itu aromanya sudah kuat dan khas. Tapi berhubung di kulkas lagi sepi ikan asin dan ada pampis yang tersisa hajar aja deh. Itu untungnya kalau kategori makannya cuma “ ENAK dan ENAK BANGET” alias doyan makan. Jadi insyaallah nggak akan ada makanan yang mubadzir terbuang di rumah ini.
Eh iya kalau daun salam dan serainya nggak dimakan ya, cuma untuk kepentingan upload sosmed aja hihihi...
Untuk resep Pancake di share di bawah ya...


RESEP PANCAKE CHOCOFFEE

Bahan :
1 btr Telur
2 sdm Tepung terigu (segitiga biru premium)
100 ml air
1 sdm margarine (di cairkan)
2 sdm milo
1 sdm Goodday Vanilla Latte
1/4 sdt baking powder
Selai Strawberry (untuk olesan)
Meises ( untuk topping)



Cara Membuat :

1. Kocok telur sampai berbuih.
2. Masukkan tepung terigu, milo, baking powder, vanilla latte kemudian aduk rata.
3 Tuangkan air, aduk kembali dan masukkan margarine yang telah dipanaskan.
4. Panaskan teflon, tuang satu sendok sayur biarkan hingga bagian atasnya tidak lengket kemudian di balik. Lalu angkat. dan simpan di piring. Begitu seterusnya hingga adonan habis.
5. Oleskan selai strawberry diantara lapisan pancake.
6. Tabur meises



Le'ts Live in Harmony

Hmm... reklamasi pantai ya? Kayaknya Indonesia itu masih luas deh. Masih banyak pulau-pulau yang jangankan dibangun, datang ke sana pun enggan.
Kalau ada lautan di buat daratan, apa nanti daratannya tidak menciut.
Saya memang bukan ahli lingkungan sih, tapi apa pada nggak pada takut alamnya sendiri mengalami kejenuhan?
Dari awal dunia ini sudah diciptakan seimbang. Kalau pada suka film Kungfu ya Yin and Yang itu.
Coba lihat kapal di laut, kalau bagian depan atau belakangnya lebih berat. Apa nggak tenggelam?
So please think carefully.... jangan sampai sibuk membangun tapi tanpa sadar malahan menciptakan kehancuran itu sendiri.


Monday, February 15, 2016

Novel Rindu_Tere Liye dan Aku

Tere Liye. Nama seorang penulis novel yang belakangan ini kukenal karena secara tidak sengaja menonton film Hafalan Surat Delisha. Selanjutnya, aku mengenal kutipan kata-kata bijaknya via fanpage. Cukup lama juga mengamati coretan-coretan kecil di page, sebelum akhirnya aku memutuskan mencoba mengkoleksi karya-karyanya.

Suatu hari ke toko buku, dan ku lihat deretan buku-buku bertuliskan Tere Liye dengan berbagai judul. Sempat sedikit galau, memilih novel mana yang akan kubeli terlebih dahulu. Sampai mata ini terpaku pada buku bersampul dasar putih biru gerimis dengan kata " RINDU". Menarik, mungkin karena di saat yang sama hatiku pun merindukan sesuatu dan seseorang di luar sana. Dan saat kubaca bagian belakangnya ada harapan aku dapat melepaskan semua kerinduanku.Sempat berprasangka juga aku akan berlinang air mata sepanjang membaca buku ini. Walaupun ternyata mata ini  baru bisa berkaca-kaca setelah membaca akhir bab ke 40.

544 halaman, 51 bab. Perjalanan panjang, petualangan, yang membuat aku benar-benar rindu membuka lagi lembaran-lembarannya. Sebelas hari selesai kubaca setelah kubeli.... itu pun di sela pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus aku kerjakan. Membuka seluruh cakrawala pikiranku, membuat aku berpikir betapa sedikit saja yang aku tahu, betapa masih banyak hal yang harus aku pelajari untuk bekal menapaki kehidupan ini. Terbayang sudah berapa ribu buku yang sudah beliau lahap untuk dapat menulis buku yang menurutku puncak pemikiran yang sempurna.

Bab satu, terasa sulit dicerna olehku. Butuh sekitar 2 hari karena memang teramat logis beliau mengenalkan latar cerita. Tapi di bab-bab selanjutnya begitu mudah di pahami karena memang jalan cerita yang menarik. Petualangan seru di kapal, di selingi kisah-kisah masa lalu tokoh utamanya. Dan ending-nya benar-benar menyenangkan. Dan aku putuskan juga buku ini layak di baca oleh Mas Abi. Dan tebak berapa lama dia menyelesaikan bab satu, tidak sampai 5 menit. Hmm... He's truelly a boy...