Bersahabat berarti saling mengingatkan dikala hati mulai terasa menjauh dari-Nya. Saling menjaga saat kesulitan melanda. Itu yang saya alami beberapa bulan ke belakang.
Saya selalu menyukai rumah itu, tampilannya yang begitu simpel, terlihat dari luar. Sayangnya rumah itu tak berpenghuni, namun halaman depannya tampak asri terawat karena sang empunya rumah memang mempekerjakan partimer untuk merawat rumahnya.
Sampai suatu hari terdengar kabar bahwa rumah tersebut terjual, dan seorang teman bercerita pembelinya sebuah keluarga yang sangat baik. Dalam hati sempat penasaran juga dengan tetangga baru saya.
Beberapa waktu berlalu, sayapun sedikit demi sedikit mulai berinteraksi dengan beliau, karena hampir setiap hari memang harus melewati rumahnya, dan sesekali kami bertemu di mesjid saat ta'lim muslimah. Namun belum sempat mengenalnya lebih jauh kami sekeluarga harus pindah selama hampir satu tahun.
Ada yang berubah satu tahun sekembalinya kami dari tempat suami bertugas. Kalau sebelumnya hanya tadarus Alqur'an saja, kini ada kelas tahsin dan salah satu pengajarnya adalah "tetangga baru saya dulu" dan saat penentuan kelas ternyata saya ditempatkan di kelas beliau.
Saya merasa sangat beruntung, setelah mengenalnya lebih jauh ternyata beliau tidak hanya baik, tapi super baik. Mesjid selalu ramai karena keaktifan beliau mengingatkan kami untuk tetap belajar dan belajar lagi. Ada satu yang paling berkesan, saat berbicara dan bertatap muka. Ketenangan jiwa terpancar dari wajah beliau yang jernih dan bersahaja.
Namun ternyata kebersamaan kamipun harus segera berakhir, karena sesuatu dan lain hal beliau harus pindah ke kota lain, terakhir kali bertemu menjelang idul fitri ketika beberapa hari sebelum berangkat saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah beliau. Dan disela kesibukan mempersiapkan kepindahan, beliau masih sempat membuatkan makanan untuk berbuka puasa di mesjid.
Hari itu terasa ada yang hilang dari hati saya. Kehilangan seorang yang selalu memberikan motivasi, seorang yang selalu menjadi pengingat. Namun saya berjanji dalam hati untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. Menapaki langkah kebaikan yang pernah kami coba jalani setapak-demi setapak. Hingga berharap Allah akan mempertemukan kami kembali di dunia yang fana ini atau kelak di jannah-Nya nanti dalam keadaan yang jauh lebih baik.
Sebulan yang lalu saat melewati rumah itu yang teringat adalah senyuman dan sapa ramah dari penghuninya. Hari ini saat memandang lagi dari kejauhan terbaca dari papan yang terpancang "di jual rumah, hubungi..."
No comments:
Post a Comment