Selesai sarapan pagi saya menikmati es krim Magnum Choco-Capuccino. Kebetulan sedang ingin makan es krim. Sambil menjilati es krim saya memandangi bungkusnya, dari bagian dalam sampai bagian luar terlihat sangat elegan. Di pojok kiri atas ada tertulis Made with Belgian Chocolate. Dibuat dengan cokelat Belgia Mungkin kemasan yang seperti ini yang membuat harganya mahal, selain iklan tentu. Dalam hati bertanya-tanya apakah mungkin tertulis di kemasan Made with Indonesian Chocolate. Dibuat dengan cokelat Indonesia. Padahal jikadi perhatikan kebun cokelat di Indonesia masih terbilang luas.
Yang menjadi pertanyaan saya selanjutnya apakah jika ditulis made in Indonesia bisa menaikkan citra produk? Kapan ya produk berlabel made in Indonesia akan jadi produk unggulan?
Jadi ingat sewaktu kuliah Perikanan dulu, bagaimana seorang dosen menjelaskan sulitnya memasarkan produk perikanan ke Luar Negeri dengan brand Indonesia, alasannya adalah tidak sesuai Standar Internasional, dan kisahnya menjadi semakin mengherankan ketika untuk mengekspor produk dari Indonesia harus melalui negara tetangga seperti Singapura. Padahal di sana hanya di ganti kemasannya saja yang di beri label Singapura tanpa mengganti produknya, tapi kemudian produk tersebut bisa melanglang buana di dunia Internasional.
Kalau yang ini menurut saya lebih aneh lagi, mengenai Tupperware. Orang-orang Indonesia berebut produk Tupperware made in Malaysia. Kalau produknya memang tidak diproduksi di Indonesia atau harganya lebih murah saya tidak heran jika orang Indonesia sampai ramai-ramai berburu mencari produk Tupperware sampai ke negeri tetangga. Kalau yang ini kasusnya produk sama, harga lebih mahal tapi tetap dicari karena ada label made in Malaysia. Dan lucunya lagi para manager Tupperware Indonesia sibuk wara wiri menjadi member Tupperware Malaysia walaupun discountnya lebih sedikit. Karena saya juga pecinta produk Tupperware dan Dealer Resmi Tupperware Indonesia saya sedikit prihatin dengan keadaan ini. Di lain pihak waktu menyempatkan diri menjadi supporter SEAGAMES 26 jelas-jelas supporter Indonesia paling semangat kalau melihat Malaysia kalah. Kalau yang ini memang merupakan anomali (meminjam istilah film PRIMEVAL, yang ini film buatan luar negeri). Karena pada dasarnya saya tidak membenci produk luar negeri akan tetapi jika ada produk buatan dalam negeri yang berkualitas sama dan bahkan bisa lebih baik mengapa tidak memakai produk sendiri. Bukankah itu akan memperkuat negara Indonesia pada akhirnya.
Belanja pakaian produksi sendiri di tanah abang dengan kualitas baik dan harga murah rasanya lebih reasonable buat saya.
Buat teman-teman yang sudah menjadi produsen di Indonesia, mudah mudahan bisa tetap mempertahankan kualitas produknya. Insya Allah akan ada suatu saat dimana negara Indonesia ini menjadi tuan rumah bagi Brandnya. Dan tetaplah bangga menunjukkan Identitas diri sebagai Bangsa Indonesia.
No comments:
Post a Comment