Abi marah sekali, dia berteriak kepada temannya. Sampai-sampai temannya ketakutan dan meninggalkan dia. Akupun bertanya pada Abi apa yang terjadi, dia menjelaskan kepadaku bahwa salah seorang temannya melanggar peraturan permainan yang telah mereka buat. Sambil marah-marah dia masuk ke kamar dan menutup pintu kamar.
Aku membiarkannya di kamar, tidak sampai lima menit dia keluar dari kamar dan mengajak Aku bicara, nada suaranya sudah tenang dan tidak marah-marah lagi. Dan bahkan mengajak aku bercanda. Dalam obrolan aku ringan kami, aku juga membahas kejadian yang membuatnya marah-marah. Dan dia menjelaskan lagi kronologisnya tanpa emosi.
Saatnya memasukkan saran kepadanya, pikirku. Abi lain kali kalau ada teman Abi melanggar peraturan yang sudah disepakati bersama jangan langsung marah-marah sambil teriak-teriak. Aku bilang padanya kalau perilaku seperti itu akan membuat teman-temannya takut dan enggan bermain lagi sama Abi. Bilang baik-baik pada teman Abi bahwa temannya melanggar aturan yang sudah disepakati, kalau teman Abi tidak mau ikut aturan yang berlaku, teman Abi tidak ikut dalam permainan, atau bahkan Abi berhenti bermain.
Diapun mengangguk senang, akupun memeluknya dan bilang bahwa aku sangat menyayanginya, diapun balas memelukku dan bilang Abi juga sayang bunda.Sangat mudah memasukkan saran kepada anak-anak saat hatinya sudah tidak lagi gundah. Aku memang memilih untuk tidak menjejali saranku saat anakku marah. karena hasilnya, anakku tidak mau menerima saranku dan akan lebih marah kepadaku.
Aku lampirkan disini artikel yang berkaitan tentang melatih anak bersabar dan menahan marah
Saat Si Kecil Marah
sumber: http://anakshalih.wordpress.com/2011/06/11/saat-si-kecil-marah/
Abu dan Ummu sekalian, si kecil marah-marah mungkin adalah hal yang kerap kita jumpai, meski kapasitas marah mereka tidak seperti orang dewasa tentunya. Kemarahan mereka akan terlihat jelas ketika menghadapi teman sebayanya atau adiknya. Sebagai orangtua hendaknya menghadapinya dengan bijak. Perlu Abu dan Ummu ketahui, marah adalah perubahan yang terjadi saat darah yang ada di dalam hati bergejolak sehingga menimbulkan kepuasan di dalam dada.
Yang perlu diperhatikan pula oleh orangtua ketika anak-anak kita dalam kemarahan, itu adalah kesempatan untuk memberikan kepada mereka pelajaran adab dan etika ketika marah. Namun selayaknya pelajaran ini diberikan saat kemarahan anak telah reda. Berikut ini, di antara adab dan etika saat marah:
1. Jelaskan bahwa kemarahan datangnya dari setan. adalah gejolak yang timbulkan oleh setan. Dia mengakibatkan berbagai bencana dan malapetaka yang tak seorang pun mengetahuinya melainkan Allah ta’ala. Maka berilah pengertian pada anak, marah datangnya dari setan yang terkutuk. Diharapkan akan terpatri dalam diri anak, jika dia marah maka setan lah yang memberinya sehingga dia akan berhenti marah.
2. Kenalkan wasiat Rasulullah untuk meninggalkan marah. Shadits yang diriwayatkan Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu , bahwa seorang lelaki meminta nasihat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,
أَوْصِنِي قَالَ:لاَ تَغْضَبْ, فَرَدَّدَ ذَلِكَ مِرَارًا قَالَ لاَ تَغْضَبْ
“Berilah wasiat kepadaku.” Nabi bersabda, ‘Janganlah engkau marah.‘ itu mengulangi (permintaannya) beberapa kali. Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– tetap bersabda, ‘Janganlah engkau marah.’” (Bukhari)
3. Kenalkan pula dengan pahala bagi orang yang meninggalkan amarah. Di antara pahalanya sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam–,
“Janganlah marah, bagimu surga.” (Riwayat At Tabrani)
“Janganlah marah, bagimu surga.” (Riwayat At Tabrani)
Juga sebagaimana sabda Rasulullah — shollallohu ‘alaihi wa sallam– yang lain,
مَنْ َكظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَاِدرٌ عَلىَ أَنْ يُنَفِّذَهُ, دَعَاهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ عَلىَ رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَ هُ مِنَ اْلحُوْرِ مَا شَاءَ
“Barang siapa yang menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya maka Allah k akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat untuk dipilihkan baginya bidadari yang dikehendakinya.” (Riwayat Abu Dawud)
4. Berilah salah satu kisah saat Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– pernah dipancing untuk marah, yaitu ketika seorang badui menarik selendang leher beliau. Walau demikian, beliau tidak memaki dan membencinya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Anas –rodhiyallohu ‘anhu–:
Aku berjalan bersama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, saat itu beliau memakai kain dari Najran yang kasar pinggirnya, kemudian seorang badui datang menghampirinya dan menarik kain itu dengan tarikan yang sangat kuat, sampai aku melihat pada leher Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– di mana tarikan itu sampai membekas karena kuatnya tarikan tersebut, kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad perintahkanlah (kepada kaummu) untuk membagikan kepadaku harta dari Allah yang ada di padamu, kemudian Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam– meliriknya sambil tersenyum lalu beliau memerintahkan untuk diberikan bagian tertentu baginya.” (Mutaffaqun Alaihi)
Aku berjalan bersama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, saat itu beliau memakai kain dari Najran yang kasar pinggirnya, kemudian seorang badui datang menghampirinya dan menarik kain itu dengan tarikan yang sangat kuat, sampai aku melihat pada leher Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– di mana tarikan itu sampai membekas karena kuatnya tarikan tersebut, kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad perintahkanlah (kepada kaummu) untuk membagikan kepadaku harta dari Allah yang ada di padamu, kemudian Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam– meliriknya sambil tersenyum lalu beliau memerintahkan untuk diberikan bagian tertentu baginya.” (Mutaffaqun Alaihi)
5. Mengetahui bahwasanya menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa, hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala,
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَالْعَاِفيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya secara sembunyi dan terang-terangan dan orang yang menahan kemarahan serta memaafkan manusia, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (Ali Imraan: 134)
Demikian beberapa pelajaran dari Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– saat marah mendera. Insya Allah edisi depan akan kita bahas beberapa tips dalam menghadapi marah yang bisa di ajarkan pada si kecil. Semoga bermanfaat. (abahnya shofi)
sumber : majalah sakinah
Bila Si Kecil Marah- marah Peluk Dia
Sumber: http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/08/26/62710/Bila-Si-Kecil-Marah-marah-Peluk-Dia
POTENSI seseorang yang bertemperamen tinggi sudah kelihatan sejak ia masih belia. Boleh jadi itu merupakan sifat turun temurun warisan orang tua. Bila orang dewasa dapat mengatasinya, belum tentu bocah-bocah imut itu bisa.
Lantaran itu, Anda sebagai orang tua berperan penting meredam emosi anak-anak. Hukuman justru akan memperburuk keadaan. Anak jadi kian tak terkendali.
Berikut cara-cara untuk menenangkan keadaan bila si kecil marah-marah:
1. Peluk mereka
Seringkali penyebab kemarahan adalah perasaan tidak aman dan tidak disayangi. Anak-anak sangat peka akan kebutuhan ini. Sehingga jika ini yang menjadi masalah pada anak Anda, maka rengkuhlah dia dalam senyuman dan kehangatan.
Peluk dia dan katakan Anda menyayanginya agar dia tenang. Namun jangan lakukan ini pada anak yang marah-marah karena haus perhatian, karena dia akan merasa cara ini akan selalu berhasil untuk menarik perhatian Anda.
2. Tenangkan atau alihkan mereka
Kemarahan anak-anak biasanya disebabkan karena mereka merasa frustrasi tidak bisa menemukan jalan keluar, atau karena mereka menginginkan perhatian yang tidak mereka dapatkan. Namun, anak-anak juga mudah dialihkan perhatiannya.
So, tiupkan gelembung sabun atau bukalah sekotak es krim untuk mengalihkan perhatian mereka. Saat sibuk dengan gelembung sabun atau sibuk menikmati es krim, mereka akan kembali tenang dan Anda bisa mencari akar permasalahan untuk mengajak mereka berpikir rasional.
3. Tempatkan diri dalam posisi dan usia mereka
Pahami masalah dari usia anak Anda. Dengan begitu Anda bisa tahu mengapa membuka botol yang mungkin sangat mudah untuk Anda, bisa sangat sulit dan menyebalkan untuk anak usia 4 tahun. Dengan demikian, dia akan merasa didengarkan dan dipahami.
Perlu diingat juga, anak kecil belum pintar soal bahasa. Jadi gunakan kata-kata mereka sendiri di dalam kalimat Anda untuk menyampaikan poin pentingnya. Contoh: dia berkata, 'kue ini menggigit lidahku', gunakan dalam kalimat Anda, 'ya, kue ini terasa menggigit lidahmu karena ada blablabla..'
4. Jangan hiraukan mereka
Kenali penyebab kemarahan anak Anda. Jika alasannya adalah untuk menarik perhatian, maka cara terbaik menghentikannya adalah dengan tidak menghiraukan mereka. Namun Anda harus memeriksa kembali pola asuh Anda dan memberikan perhatian yang selayaknya mereka dapatkan.
5. Hitung sampai tiga
Jangan ikut terbawa kemarahan. Mulailah menghitung sampai tiga ketika anak mulai marah. Jika sampai hitungan ketiga kemarahannya tidak juga reda, kunci di dalam ruangannya selama beberapa saat.
Setelah itu, bersikaplah seakan tidak terjadi apa-apa. Tidak perlu membicarakan tentang apa masalahnya, tidak perlu menyinggung tentang hal yang diributkannya. Cukup kembali ke aktivitas dan mood Anda sebelum pertengkaran itu terjadi. Anak akan belajar bahwa kemarahan hanya membuat mereka terkurung dalam kesendirian dan tidak menyelesaikan apa pun.(kpl/RRN)
Cara Menghadapi Anak Marah
Sumber: http://puterakembara.org/archives3/00000031.shtml
Banyak dari kita menghadapi anak yang marah, bahkan kadang sampai mengamuk.
Dulu, saya tidak tahu harus berbuat apa. Sehingga saya SERING sekali melakukan kesalahan yang hingga kini masih saya sesali. Sesudah membuka sekolah dengan anak-anak yang beragam keadaannya dan latar belakang pengasuhan yang beragam pula, kami semua sampai pada
beberapa teknik/tip/triks yang ternyata bermanfaat.
1. pada saat anak marah, jangan beri komentar apapun. Pasang
tampang "adiguna sutowo" (he..he..), maksudnya = lempeng aja. Tidak
menunjukkan emosi apapun. Kayak kalo lagi main poker, atau main kartu
dan ga' boleh ada yang tahu kita pegang kartu apapun gitu..
2. bila mungkin, sediakan ruangan yang 'aman' bagi anak untuk
melampiaskan amarahnya. Di sekolah, kami ada ruangan di sebelah dapur
(originally = gudang) yang terang, tidak ada perabotan apapun selain
kursi beanbag (kursi dari kulit yang isinya busa).
Di rumah sih, saya ga' punya ruangan khusus, tapi saya pakai ruang
tidur anak saya aja.
3. Bila anak didiamkan sekitar 5-10 menit makin meraung-raung,
memukuli kepala, atau malahan berusaha menyerang, biasanya kami arahkan
untuk "pergi ke ruang tenang". Kalau di textbook namanya 'safe area'
atau 'safe room'. Atau kalau di rumah, saya perintahkan anak saya
begini "Ikhsan mau marah? Pergi ke kamar. Kalau sudah selesai marah,
baru boleh keluar".
4. Nha, marah-marah lah mereka disitu sendirian. Bener-bener
sendirian dan ga' ada bujukan / amarah / rayuan/ atau whatever lah.
Pokoknya ga' dapat kepuasan sama sekali.
5. Kalau sudah reda, baru kita datangi dan kami tanya "sudah
marahnya? Ayo keluar". Dan di luar ruangan baru kita tanya 'ada apa',
'marah sama siapa' dsb. Gaya kita bertanya benar-benar lemah lembut
seolah "badai katrina" yang tadi itu tidak pernah terjadi. Susah sekali
lho.soalnya kita 'kan manusia biasa yang bisa anytime terbawa emosi...
Alhamdulillah, cara seperti ini efektif sekali.
Bahkan anak yang paling "menyeramkan" saat marah-pun, bisa dengan relatif mudah diingatkan untuk masuk ruang tenang dan tinggal disitu sampai ia merasa lebih tenang. Kadang-kadang belum disuruh udah pada masuk sendiri ke ruang tenang. Malahan sesekali tabrakan di dalam! Lha wong yang tadi ngamuk belum selesai udah ada lagi yang mau masuk! (he..he..).
Kadang juga tidak mudah sih. Seperti ada anak yang tinggi besar marah-marah sambil memukuli kepala sendiri atau berusaha menjedutkan kepala ke lantai dan sebagainya. Atau ada juga yang menyerang kita, menarik jilbab guru-guru, sampai harus dipegangi 4 orang dewasa untuk memisahkan dia. Tapi bagaimana lagi.
Kunci dari segala-galanya adalah "ignore the bad behavior" dan "give positive attitude toward the positive behavior". Jangan lupa untuk selalu memberi perhatian (mengajak bicara, mengomentari, bercanda) justru pada saat anak sedang 'tidak melakukan apapun'. Jadi, dia tahu dia dapat perhatian dari kita justru kalau lagi 'manis'..
Cara ini selain saya terapkan pada Ikhsan, juga saya terapkan pada anak-anak di sekolah. Saya jadi seperti kaleng rombeng dan kaset rusak. Anak lagi bengong, baru dateng, atau sedang enak-enak makan, pasti saya datangi dan tegur dengan ucapan-ucapan sederhana seperti 'selamat
pagi..' (nada bicaranya seperti iklan ya. selamat pagi, donnaaaaa..), 'halo, bajunya bagus ya.', 'hey, sepatu baru nih?', 'halo, makan apa kok enak betul?'..
Saya setiap baru pulang kerja, biarpun tengah malam atau baru datang dari luar kota sekalipun, pasti mengharuskan diri sendiri untuk menyapa ikhsan dengan "riang gembira" (padahal badan dan pikiran udah nyaris rontoookkkkkk, bo!!).
Ketika Anak Marah
Sumber: http://tarbiyahislamiyah.com/2010/ketika-anak-marah/
Ketika anak sedang marah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah abaikan kemarahan mereka. Usahakan agar tidak melakukan apapun. Dengan kata lain jangan pedulikan kemarahannya. Hal ini akan mengajarkan anak bahwa ledakan amarah bukanlah satu-satunya cara untuk mendapatkan sesuatu ataupun perhatian orang tua.
Jika sudah sangat terlalu hingga dapat merusak sesuatu ataupun membahayakan dirinya dan orang lain, maka orang tua sebaiknya langsung mengasingkan si anak ke dalam kamarnya atau tempat tertutup lainnya jika kejadiannya terjadi di tempat umum. Selama pengasingan, jangan memberikan perhatian padanya untuk beberapa waktu.
Kedua, bersikap tegaslah. Seringkali orang tua akan sulit untuk tegas jika menghadapi situasi seperti ini, dan berusaha secepatnya agar keluar dari situasi dengan cara mengabulkan permintaan si anak apapun bentuknya. Tindakan ini bukanlah solusi yang baik, bahkan sebaliknya. Alih-alih ingin menyelesaikan masalah, malah akan memperburuk keadaan dengan kejadian yang akan terus berulang dan berulang lagi. Si anak akan menggunakan “senjata” marahnya untuk keinginan-keinginan yang lainnya. Kalau sudah begini, orang tua akan pusing “sembilan” keliling.
Oleh karena itu, penting sekali untuk orang tua agar dapat bersikap tegas dan berpegang teguh pada aturan. Dengan begitu anda memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi ini. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginannya harus selalu terpenuhi saat itu juga. Ia akan belajar bersikap realistis terhadap perilaku mana yang dapat diterima, mana yang tidak. Di sini orang tua juga akan belajar bagaimana ia seharusnya dapat bersikap konsisten.
Kemudian, tetap tenang dan tidak terpancing emosi adalah sikap yang paling baik bagi orang tua. Katakan pada diri sendiri, bahwa saya dapat mengendalikan anak saya sambil mengajarkan kepadanya cara untuk mengendalikan dirinya sendiri. Tenang merupakan ciri pribadi orang tua yang stabil emosinya dan tidak terpengaruh oleh sikap anak karena sebenarnya ia hanya ingin menguji kesabaran kita sebagai orang tua. Jadi, tetap tenanglah … kemarahan anak bukanlah persoalah yang besar.
Segeralah berikan pujian apabila si anak telah dapat mengendalikan amarahnya, kemudian lakukan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama. Anda bisa mengungkapkan betapa anda sangat menyayanginya dan bahagia karena si anak sudah lebih baik sekarang. Katakan juga bahwa anda tidak menyukai jeritan, teriakan dan tangisan anak. Tindakan ini akan membantunya memahami bahwa yang tidak kita pedulikan dan tidak anda sukai adalah kemarahannya, bukan dirinya. Dengan begitu si anak akan tetap merasa disayangi dan dicintai oleh orang tuanya.
Jika suatu saat anak anda bersikap manis dan anda ingin memberikan sesuatu yang pernah diminta anak anda tempo hari (dengan kemarahan), maka beritahukan kepada si anak alasan mengapa sekarang anda ingin memberikan benda tersebut. Hal ini penting, karena jangan sampai terfikir dalam benak si anak bahwa tindakan anda ini disebabkan karena kemarahannya tempo hari, akan tetapi justru karena alasan lain, yaitu perilakunya yang baik saat ini.
Anda juga bisa buat peraturan yang disepakati bersama sebelum melakukan kegiatan atau perjalanan, sehingga dapat terhindar dari situasi yang rumit yang tidak ada dalam kesepakatan sebelumnya.
Ada baiknya anda memberi reward kepada anak apabila ia telah berlaku baik dan telah menjalankan apa yang telah disepakati bersama. Hal ini akan membuatnya merasa bangga dan dihargai.
Anak Marah??? Penyebab dan Solusi Ketika Seorang Anak Marah
http://ahadan.blogspot.com/2011/08/anak-marah-penyebab-dan-solusi-ketika.html
PARA ayah dan ibu sesekali pasti pernah merasa kewalahan melihat tingkah si kecil yang ngambek dan uring-uringan tanpa diketahu penyebabnya. Akan merepotkan bila tangis dan rengeknya tak jua berhenti serta marahnya tak terkendali, sementara kemarahan orang tua berbatas.
Dapat dimaklumi bahwa karena anak belum dapat mengenali bentuk emosinya, maka ia cenderung akan marah jika ada yang mengganggu perasaannya.
Adalah tugas kita, orang tua, untuk membimbing tumbuh kembang si kecil. Arahan dan bantuan orang tua maupun lingkungan sekitar akan diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan bekal kecerdasan emosi yang kuat. Sebab penelitian menunjukkan 80 % keberhasilan seseorang bergantung pada kecerdasan emosionalnya, sedang 20 % sisanya dari kecerdasan kognitif.
Anak yang berkecerdasan emosi berciri: mampu belajar mengidentifikasi emosinya, mengekspresikan perasaannya, mengelola dan mengendaloikan emosinya, menunda ledakan emosi, membedakan antara perasaan dan tindakan, serta mengurangi tekanan diri akibat emosi.
Untuk membangun kecerdasan emosi pada anak, para orang tua perlu mengajarkan dan mengenalkan pada anak macam perasaan marah.
Psikolog anak, Dr Seto Mulyadi Spi Msi atau yang akrab disapa Kak Seto, dalam bukunya "Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya", menjabarkan enam alasan utama kemarahan pada anak. Berikut ulasannya.
Untuk menyenangkan si kecil yang tengah merengek, orang tua sering kali spontan menyetujui akan mengabulkan permintaan anak. Sayangnya, saat janji itu terpaksa tak ditepat, si kecil akan kecewa dan marah. Alhasil, rasa hormat anak dapat berkurang, hingga ia sengaja melanggar peraturan di rumah.
Solusi : Untuk memberi contoh dan mengajarkan rasa tanggung jawab pada anak, orang tua perlu meminta maaf pada anak, terlebih dahulu. Kemudian orang tua dapat memberi penjelasan padanya dengan bahasa yang mudah ia mengerti. Tak lupa, orang tua perlu meminta anak untuk mengutarakan perasaannya. Diskusi terkait konsekuensi yang akan diberikan pada anak, adalah solusi terakhir yang dapat disepakati bersama.
Perlakuan dan kata-kata adalah dua bentuk konkrit kasih sayang yang dimengerti anak. Ketika anak merasa kasih sayang yang ditunjukkan padanya belum cukup, anak akan mencari perhatian orang tua. Marah, mungkin akan ditafsirkan oleh anak sebagai cara yang paling efektif. Jika hal ini masih berlanjut, tanpa pemahaman dan tanggapan yang tepat dari orang tua, anak akan semakin agresif, sukar diatur, dan tidak pedulian.
Solusi: Menghadapi kemarahan sang anak, orang tua perlu bersikap tenang, menggunakan humor untuk mencairkan suasana, menggunakan kalimat yang positif, untuk meyakinkan anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapat perhatian. Kesabaran orang tua adalah kuncinya.
Para orang tua tentu akan membimbing putra-putrinya untuk tumbuh dengan menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku. Disiplin dapat dikenalkan pada anak dengan diterapkannya aturan pada setiap keluarga. Dengannya, orang tua berharap anak dapat belajar arti kata tanggung jawab dan konsekuensi dari setiap tindakan. Namun peraturan yang ketat dan tak disukainya, akan mendorong rasa terkekang dan marah pada anak. Akibatnya, disiplen hanya terjadi sesaat saja, anak hanya mengingat sisi negatif dari disiplin. Hakekat disiplin akhirnya menjadi kurang efektif diterapkan.
Solusi : Pendisiplinan pada anak sebaiknya bersifat membangun dan mengarahkan anak agar dapat belajar menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana. Pendisiplinan juga harus bersifat konsisten. Namun disiplin bukan berarti perwujudan sikap otoriter orang tua, melainkan sebagai wujud kasih sayang terhadap anak. Peraturan yang ditetapkan juga sebaiknya bersifat rahasia, antara orang tua dan anak.
4. Cemburu pada Saudara
Rasa cemburu antara sang kakak dan adik merupakan hal yang wajar. Rasa cemburu biasanya timbul karena sang anak merasa takut kehilangan kasih sayang orang yang dicintainya. Untuk mengekspresikan rasa khawatirnya itu, sang anak dapat bersikap agresif atau sebaliknya mengasingkan diri. Kecemburuan antar saudara dapat menyebabkan berkurangnya interaksi yang hangat dalam keluarga.
Solusi : Untuk menghindari ketercemburuan antar saudara, orang tua perlu menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Kemudian agar timbuk rasa kasih sayang antar saudara, sang kakak dan adik perlu didorong untuk bermain dan beraktivitas bersama. Akan baik jika orang tua dapat memperlakukan anak secara indvidual, sesuai sifat dan karakternya. Jika menemukan perselisihan antar keduanya, orang tua sebaiknya segera menyelesaikannya seadil mungkin, dengan tidak berpihak.
Dalam menentukan pendidikan, fasilitas, dan lingkungan yang bail pada anak, terkadang orang tua bersikap memaksakan pilihannya, tanpa memandang keinginan atau perasaan anak. Terhadap segala pilihan orang tua, ada anak dapat menerimanya, namun tak sedikit anak yang mengekspresikan penolakannya dengan marah. Sifat selalu mendikte pun tak baik bagi perkembangan anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu tergantung pada orang tua, kurang percaya diri, dan tidak terbisa menyelesaikan masalah sendiri.
Solusi: Agar anak mengetahui bahwa dirinya diterima orang tua, libatkanlah dirinya dalam mengambil keputusan yang terkait dengannya. Hargai pendapat, perasaan, dan keinginannya. Orang tua juga perlu mengarahkan dan memberikan dukungan pada anak saat ia memutuskan ha-hal kecil maupun penting baginya.
Setiap orang pasti mengalami perubahan, atau dituntut untuk menyesuaikan diri dengan hal yang baru. Kak Seto menyebutkan ada beberapa macam adapatsi yang mungkin menimbulkan ekspresi marah pada anak, yaitu: kehilangan figur orang tua, pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan teman, atau kematian hewan perliharaannya.
Solusi : Untuk membantu anak menyikapi perubahan itu, pertama orang tua perlu mendorong anak mengungapkan penyebab kemarahannya. Jika terjadi perpisahan orang tua, alangkah baiknya jika anak diberitahu keadaan sebenarnya, meski ia belum tentu paham arti sebenarnya. Saat anak akan memasuki lingkungan sekolah yang baru, orang tua hendaknya dapat mengajak anak melihat fasilitas, keadaan, dan teman-teman di sekolah baru. Berilah gambaran yang positif tentang dunia sekolah pada si kecil, serta libatkan ia dalam memilih peralatan sekolahnya. Kemudian jika sang anak marah karena hewan perliharaannya mati, orang tua perlu menjelaskan dengan bahasa yang sederhana pada anak bahwa setiap makhluk hidup akan mati.
Semoga dengan pelatihan yang terus-menerus tentang konsep pengenalan diri, kecerdasan emosional anak akan turut berkembang. Amin..... dan jangan lupa berdo'a agar kita mendapatkan anak-anak yang sholeh sholihah
Klik judul artikel di bawah untuk melihat artikel tentang Bagaimana mengatasi anak yang Marah
1.Ketika Anak Marah, lalu
2. Bagaimana Mengatasi Anak yang Suka Memukul pada Waktu sedang Kesal Atau Marah
3. Ketika Anak Marah Kami Ajarkan tentang Pengalihan Marah
4. Jika Si Kecil Salah Mengekspresikan Kemarahannya
5. Anak Marah-marah
No comments:
Post a Comment